Jumat, 25 April 2014

Mengapa Saya Begini?




Jum’at, 25 April 2014, seusai menyaksikan Mata Najwa on Stage di Kampus UGM, yang ingin menulis ini.

Saya sadar sebenarnya sudah sejak dulu saya memiliki jiwa yang seperti ini, rasa nasionalisme saya yang cukup tinggi. Mulai dari kebiasaan saya di SD menjadi petugas pengibar bendera, pembaca UU Dasar 1945 ketika upacara bendera. Mungkin dari kebiasaan itulah saya mempunyai rasa peduli saya terhadap Republik ini. Baru kemudian saya menuju kejenjang pedidikan yang lebih tinggi. Saya memilih jalan yang mengharuskan saya untuk fokus terhadap apa yang saya pelajari selama di kelas dan teori yang disampaikan oleh Guru. Sampai pada akhirnya rasa peduli terhadap bangsa ini aga sedikit tertutupi. Beberapa waktu saya terlalu sibuk dengan urusan saya sendiri.
Saya sekarang telah menjadi Mahasiswa, dimana kata banyak orang menjadi mahasiswa itu ‘Santai’, semenjak saya mengawali hari-hari saya menjadi mahasiswa saya masih berpikir bahwa menjadi mahasiswa itu mudah, gampang dijalani. Samai saya bertemu dengan hal-hal baru yang saya memberanikan diri untuk melakukannya. Dari titik sinilah mulai terlihat sebenarnya siapa saya. Ternyata sampai sekarang saya masih peduli dengna bangsa ini. Banyak yang bilang bahwa saya terlalu muda, terlalu kecil untuk mengerti bangsa ini, tapi saya tidak merasa. Apakah ada batasan jika seseorang ingin peduli dengan bangsanya? Mulai dari hal kecil saya mencoba untuk mencoba membuka jiwa saya kalau saya peduli dengan semua ini. Awalnya saya bingung harus menjadi mahasiswa yang seperti apakah saya? Diawal saya berniat untuk mencobanya semua, tetapi lama kelamaan saya tau kapasitas saya seberapa, saya bukanlah dewa yang dapat mencicipi semua yang saya inginkan, terlalu banyak kelemahan saya yang menyebabkan saya akan kewalahan jika saya mengikuti kemauan saya.
Sebagai mahasiswa yang baru saya selesai mengijak semester awal, saya telah banyak disuguhkan oleh berbagai permasalahan yang ada di dunia ini, khususnya temoat tinggal saya. Dari sinilah aya mulai berpikir saya harus peduli lagi, entah itu hanya sekedar tau, tapi lebih baik saya bisa langsung turun tangan. Jika ditanya kenapa saya memiliki kepedulian yang  lebih terhadap Republik ini mungkin jawaban saya bisa saya sampaikan adalah, demi anak cucu saya nanti. Itu yang menjadi pedoman dan landasan saya untuk tetap perjuang dan peduli dengan keadaan ini.
Kemudia saya baru saja mendapat inspirasi tambahan dari para penebar inspirasi untuk bangsa ini, mereka yang dianggap orang-orang yang baik dan berpengaruh dalam Republik ini. Jujur saya terheran dengan antusias para mahasiswa dengan acara ini, mengapa sebegitu meledaknya kepeulian mereka untuk mencari tau inspirasi dari para penebar inspirasi itu. Sampai saat ini saya masih berpikir, apa alasan mereka untuk kemudia mau mengantri berjam-jam untuk menyaksikan dan mendengarkan kalimat-kaliamat yang itu entah mengarahnya kemana? Saya mungkin salah satu dari mereka, mau-maunya mengantri berjam-jam dalam padatan masyarakat untuk berebut masuk dlam gedung ayng berkapasitaskan hampir 6 ribu orang. Namun alasan saya menurut saya cukup jelas, saya ingin mendengar apa yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh pemerintahaan ketika mereka berhadapan langsung dengan mahasiswa yang mana mereka ini sangat kritis dalam mengkritik pemerintah? Dan saya telah menyaksikan itu, Luar Biasa saya merasakannya.
Saya memang bukan siapa-siapa sekarang ini, saya hanyalah seorang mahasiswa yang terlalu percaya diri akan kapasitas berpikirnya untuk menjadi seorang mahasiwa yang ‘Alangkah lebih baiknya’ mampu berpikir kritis. Apa yang dapat saya lakukan di waktu saya sekarnag ini? Rasa ego saya seakan mulai menluntur ketika saya harus berpikir dewasa untuk menghadapi dunia yang lebih tua dari yang saya bayangkan. Saya ingin menjadi orang yang berguna entah itu untuk siapa saya. Saya rasa pikiran saya terlalu liar, sehingga saya selalu berimajinasi saya menjadi seseorang yang super, yang baik disegala aspek, yang sempurna entah itu dalam hal apapun.
Lalu bagaimana dengan diri saya sendiri? Kemudian saya berpikir, betapa hebatnya saya ketika nanti anak cucu saya mengetahui apa yang dilakukan oleh nenek moyangnya . betapa hebatnya saya ketika saya dapat melakukan walaupun hal kecil untuk kehidupan generaasi yang selanjutnya. Saya lebih suka sejarah yang menginspirasi daripada masa sekarang yang entah sejarahnya dari mana.
Teruntuk anak cucuku nanti, apa yang harus saya berbuat untuk kehidupanmu kelak? Hanya apa yang lihat dan yang dapat saya lakukan saat ini untuk 1 jam keindahan dunia yang dapat kamu rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar