Kamis, 15 Januari 2015

Ketika ada kabar buruk dengan transkripmu



Hai..!
I am okay
Entah mengapa kata itu sering aku ucapkan setelah aku menonton satu film tentang kanker. Heh.. lucunya tapi disisi lain aku selalu merasa bahwa ada yang tidak beres didalam tubuhku ini, dalam segi medis atau mungkin rohani, tapi aku tak tau apa itu.
Aku baru saja mendapat kabar tak enak. Bukan masalah kesehatan ini mengenai pendidikan yang sedang aku perjuangkan sekarang. Mungkin aku sudah ceritakan sebelumnya kalau aku sekarang telah berada di bangku perkualiahan, lihatlah anak jebolan aksel di SMP dan SMA di lepaskan di dunia pendidikan yang sebenarnya. Di dunia pendidikan yang mayoritas, bukan minoritas seperti aksel. Temanku pernah berkata, sesuatu yang gila adalah sesuatu yang keluar dari mayoritasnya, dan dari kalimat itu entah mengapa saya sekarang merasa bahwa dulu saya gila.
Kabar tak enak itu benar-benar tak enak, kau tau bagaimana rasanya jadi anak kuliahan dengan modal beasiswa penuh, ya begitulah rasanya seperti ini ditelan bumi saja. Apa yang aku lakukan di semester ini aku juga tak tau, aku tak sibuk organisasi, aku tak ada masalah dengan percintaan, tak punya pacar jadi seharusnya tak ada beban yang berat yang dapat membuat  aku fatal di dunia sekolahku. Mungkin kali ini aku benar-benar hancur, aku sudah berfirasat ini di awal semesterku ini, tapi tak begitu aku perdulikan.
Dan akhirnya apa yang aku lakukan 1 semester yang lalu membuahkan hasil. Kau tau bagaimana merasanya berada di tingkat rangking terendah, benar-benar terendah di saat kamu dipandang yang paling menakutkan dan terbaik. Yah itulah kenyataannya yang sedang aku hadapi sekarang. Aku baru saja benar0benar merasakan bagaimana hancurnya perasaanmu ketika ada nilai yang sangat fatal ada di transkrip nilaimu. Itu sangat menyedihkan. Meskipun belakangan aku tau aku tak sendrian menghadapi nilai itu, tapi tetap saja rasanya sakit.
Sekarang aku baru sadar aku tak bisa menyia-nyiakan waktuku walau hanya sedetikpun untuk kesenanganku semata, setiap detik itu adalah perjuangan hidup. aku dulu di kelas minnoritas yang aku sebutkan tadi, yang mana tak ada masalah jika kamu melakukan hal yang bodoh dan kamu senangi dan melupakan kewajibanmu belajar, toh nanti hasilnya akan tetap dipercantik untuk menambah minat lagi di kau minoritas itu, sehingga daling berebut kursi. Kini aku tak bisa mengandalkan apa yang disebut “katrol” itu. Itu sama sekali tak bekerja di duniaku yang sekarang. Apa aku program gagal? Bukan kelompok tetapi secara individu. Secara pribadi.
Mungkin lebih baik aku sarankan untuk orang-orang kaum minoritas seperti aku ini untuk hargailah waktumu setiap saat, mungkin dunia sebelumnya kamu hebat, kuat, santai, tanpa memikirkan nilai dan semacamnya karena akan selalu ada peri kecil yang akau mengubah nilai test mu yang tertulis 0 menjadi 10 di raport. Jangan terlalu berkhayal seperti ini di dunia perkualiahan, karena kau akan berjuang dengan mereka-mereka yang dulunya kaum mayoritas. Benar-benar pergunakan waktumu yang memberi kamu kesempatan yang lebih. Sehingga kamu bisa melakukan apapun yang kau mau lakukan. Aku sangat sedih mendengar kabar dari temanku mengenai nilai yang menjijikan ini, tapi itu sudah dituliskan di daftar nilaiku dan aku dikirimkan kepada orangtuaku. Huh L aku tak bisa membayangkan aku yang akan dikatakan kedua orang tua ku setelah mereka menerima surat transkrip nilaiku itu. Dan mereka akan menerima beberapa bulan lagi.
Aku sesegera mungkin menulis tulisanku ini untuk kubagikan kepada kalian sebelum aku lupa akan kesedihanku ini. kau tau? Setelah aku menerima kabar buruk itu aku menonton film yang aku berharap itu akan sangat menyedihkan dan membuatku menangis untuk meluapkan kesedihanku, tapi nyatanya itu juga tak bekerja. Aku tidak menangis. AKU TIDAK MENANGIS ATAS HASIL DARI HAL BURUK YANG PERNAH AKU LAKUKAN. Heh memang batu hati ini. kini aku dirumah, mungkin cukup aku tak perlu tau banya berita yang ada diluar sana, aku cukup terpukul dengan 1 nilai yang keluar ini. keluar dari zona aman.
Bersama kesedihan ini aku ingat satu hal yang tak pernah aku lupakan. Bahwa aku pernah melewati masa sekolah selama 2 tahun di SMP dan 2 tahun di SMA, dan itu sangat lucu jika dibandingkan dengan aku yang sekarang telah keluar dari kaum minoritas itu dan harus bersaing dengan kaum mayoritas.
I am okay

Good bye