Senin, 22 Desember 2014

Pagi Disela-sela UAS

Selamat pagi dunia.., semangat pagi semua..
kerinduan saya dengan blog ini akhirnya tertuang juga di tulisan pagi ini dengan penuh rasa kantuk dan malas yang sedang merajalela di akhir-akhir waktu ini. yaahh entah sindrom apa yang sedang merasuk dalam tubuh saya rasanya malas saja setiap saat. terasa hidup saya beberapa waktu ini terasa tak berarti dan tak berguna. dengan tulisan ini saya ingin bercerita apa yang saya pikirkan, lagi-lagi sesuatu hal yang kadang terendap di otak saya dan sulit untuk dikeluarkan lagi.
tanggal 23 Desember 2014 selamat ulang tahun untuk kakakku mas bayu, hihi semoga menjadi papa dari alea dan alena yang baik dan panjang umur, wish you all the best
kemarin tanggal 22 Desember 2014 SELAMAT HARI IBU 
aku ada sedikit puisi buat ibuku,
IBU
masih ingatkah bu, dulu kita pernah meraasaakan jantung yang sama, yaitu jantungmu
dulu kita pernah memakan makanan dengan mulut yang sama, yaitu mulutmu
dulu kita selalu berdua kemana-mana, ya selama aku dikandunganmu
bu, itu cerita orang, aku tak tau yang sebenarnya tapi aku yakin itu benar
karena di bayangan mataku selalu saja terlihat wajah berserimu
aku sering mendengar desiran ombak yang terjadi karena adanya angin
banih apa ynag kau tanam dalam tanah yang tandus itu
bu, sebaik-baiknya doaku, aku selalu berharap doa darimu
berjaya di musim kering, rima ini sudah tak patut lagi dilantunkan
sisiran lembut yang senantiasa membelai rambut ini
tau kah engaku bu, anakmu ini sudah besar
apakah anakmu ini sudah besar?
ketimpangan batin yang kadang kala menyelimuti hati ini 
sering membuat aku takut untuk membuka mata
tapi apalah guna sebuah tirai sutra
meski sekarang aku jarang mendengar lagu nina bobo darimu
setiap malam kau nyanyikan syair-syair doa di tengah aku terlelap
kau bahwa tak hiraukan lagi semua hal yang dapat memisahkan kita
Bu, aku takkan malu lagi untuk bilang kepada mu
I LOVE YOU
Teruntuk Ibuku, SUHARSIH

itu hanya sepenggal puisi yang entah apa artinya yang aku tujukan kepada ibu, terimakasih ibuku yang selama ini selalu senantiasa ada disamping aku

okeokeoke.. sekarang kita balik ke permasalahan awal
ini adalah minggu UAS, 2 minggu kedepan aku harus bersahabat denganberbagai bahan kuliah yang bosan aku kumpulkan dan aku baca, soalnya catetatnnya sama sekali tidak rapi. entah ya, aku paling males buat menulis catatan di tengah kuliah, tapi kalo nulis blog beini saja aku merasa enjoy.
hahaha.. semangat yang aku jaga dari dulu tampaknya sudah mulai luntur, hih gak boleh gitu ya,,
aku kadang merasa jadi anak alay kalo harus membaca ulang tulisanku ini di kemudian hari tapi ya sudahlah ini perjalanan hidupku bukan untuk gengsi diceritakan tapiuntuk bahan evaluasi ku di hari esokku nanti
semester ini aku sering menggeluti dunia menulis, menulis esai, puisi, cerita basa-basi kayak gini dan masih banyak lagi. kau tau apa tujuanku? aku seperti menemukan dunia yang selama ini aku pendam dan aku hindari. kini aku mengerti apa artinya menulis, lebih dari sekedar menulis, aku filosofi yang mendalam jika kita cermati apa gunanya menulis. meski sering kali gagal dalam beberapa perlombaan yang aku ikuti, wah bukan beberapa tapi semua, ya semua, maksudnya tidak pernah mendapat juara 1, 2 ataupun 3. tapi masih tetap jadi finalis. tak apa lah itu akan menjadi batu loncatan untukku. tapi sering kali juga aku malas untuk menulis, ya walaupun menulis seperti ini saja.. 
bu, tau tidak salah satu karya puisi ku ada di sebuah buku di kumpulan karya terbaik lainnya, ya meskipun disitu aku hanya juara 8 tapi aku selalu bersyukur kepada Allah. karena dari itulah aku mendapatkan kembali kepercayaandiriku untuk terus menulis.. terimakasi bu  doanya
rasanya ingin aku pamerkan kepada ibuku, tapi aku malu, aku janji akan membuat yang lebih bagus lagi dan membuuatmu lebih bangga lagi pada anakmu yang aneh ini. 
meskipun aku sering gagal dalam perjalananku melewati rintangan hidup di bidang menulis ini tapi aku akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. 

bye..... selalu ingatkan aku untuk tetap menulis ya teman.. sampai jumpa :)

Jumat, 24 Oktober 2014

Kembali Menyapa di tengah Kejengahan

hai hai... miss you blogspot.. tempat aku curhat sesuka hati aku.
udah lama banget gak nulis di blog ini..
ini minggu uts, juga minggu ngumpulin laporan resmi praktikum. yap pertanian.. selalu bergelut dengan praktikum tapi dibawa fun aja lah..
aku bingung mulai dari mana curhatanku kali ini. tapi gini ya, gak tau kenapa akhir-akhir ini aku banyak lihat pasangan baru berkeliaran di sekitarku. aaaa....... saya sebagai manusia biasa dan gadis yang masih polos mulai teracuni. haaaaa... skip aja lah itu tau gak sih maksudnya. ya gitu deh. tapi saya tau itu hanya emosi sesaat, labil, kacau, biasa mas bbuat belajar, kalo masih abg tapi sok tua. oke luruskan jalan pikiran temen-temen, tadi cuma intermezo yg semestinya tidak saya ceritakan, tapi ya ini juga jadi ajang promosi sih, hehehe.. hahahaha.... parah banget mumut.
jadi ceritanya ini lagi musim-musimnya anak kuliahan berjuang, berjuang menghadapi uts dan seambrek tugas sebagai syarat masuk uts. apa coba... dari sini saya punya cerita yang saya fikir entah mengapa saya lakukan. ini musim ujian ya, tapi aku gak semangat buat belajar. ya emang sih kalo malem ngalong tapi gak buat belajar buat main-main aja.. entah apapun hal yang gak penting saya lakukan. ini dunia ku, dunia pilihanku, setelah mulai terbiasa jauh dari orang tua hal-hal yang saya lakukan adalah apa yang saya suka. ini kebiasaan buruk, saya tau itu. saya juga pengen mengubah itu, meluruskan niat kenapa saya ada dijogja sekarang, ya untuk belajar to, memang selalu ada niat seperti itu, tapi progres dalam melaksanakan 0%. aku semester 3 sekarang, banyak virus-virus yang tidak baik masuk dalam pikiran saya... aaaaaaaaa... udah abstrak banget otak ku ini, udah gak berbentuk panah hidupku ini. tulisan ini aku tulis di sela-sela mengumpulkan niat untuk mengerjakan laporan yang sudah berproses dari 2 jam yang lalu, tapi niat itu belum terkumpul. sumpah ya, ini adalah fase dimana saya sudah jenuh dengan semuanya... pengen lari teriak bebas lepas tanpa batas, saya sendiri pun juga gak tauu kenapa saya begini. yang jelas ini secara tidak langsung akan menyakitkan diri saya dan orang lain. dari perbuatan kecil yang saya lakukan hari inil, detik ini saya tau itu akan berdampak pada masa depan saya. maka dari itu, sebisa mungkin saya memperkecil peluang saya dalam terjerumuskan kerugian atas perbuatan yang saya lakukan..
karena otak udak gak nyambung lagii mau ngomong apa, tulisan diatas juga berantakan dan sulit dimengerti, jadi biarkan saja lah.. otak ku udah lelah. BYE !

Jumat, 30 Mei 2014

Antara Saya, Dia, dan Gie :)



Jumat, 30 Mei 2014
SELAMAT DUNIA !!
Rasanya saya ingin segera lari dari takdir hidup saya, yang harusnya saya ini mengetik untuk laporan tap kali ini saya selingkuh dengan tulisan liar saya yang mampu mebuang samaph-sampah dari otak saya. Awalan ini saya tulis untuk menunjukka betapa penatnya saya akan tugas saya sebagai mahasiswa, khususnya dengan laporan. Dengan saya meliarkan pikiran saya ini semoga akan menjadi lebih baik kinerja otak saya. Akan tetapi jangan takut menjadi seperti saya, yang gila dan selalu penat dengan tugas laporan yang menumpuk. Karena pada dasarnya saya hanya seorang remaja yang masih ingin bermain dengan kehidupan saya.
Awalan yang kurang baik untuk dibaca. Tak apa.
Kali ini saya akan menulis tentang apa yang ingin saya tulis, secara spotan jari-jari saya dengan cepat mengetik kata, kalimat, dan paragraf semaunya saya. Biar saja otak dan tangan saya liar seliar-liarnya.
Saya gundah, gusar, bingung, tak tau harus berbuat apa. Saya sering benci dengan saya sendiri, dengan kebodohan saya yang sering saya lakukan, dengan kemunafikan saya yang sering saya tunjukkan ketika saya didepan kaca. Apa bedanya saya dengan baliho besar dipinggir jalan, yang hanya memperlihatkan baiknya dan menyembunyikan buruknya. Bagaimana saya menjadi seorang pribadi yang baik, dengan cara apa saya menemukan jalan hidup saya sendiri tanpa ada arah panah yang dibuatkan oleh orang lain. Saya ingin mencari jalan saya sendiri, terlepas dari segala urusan yang harusnya tak tergantung didepan mata saya.
Beberapa hari yang lalu saya membaca buku tentang seorang demostran terkenal Indonesia pada era 60-an, tentunya namanya sudah tak asing bagi para aktivis mahasiswa. Namanya begitu menggema di sepanjang zaman. Termasuk era saya yang tergolong berjarak jauh dengan kelahirannya. Ia lah Soe Hoek Gie, siapa yang tak kenal beliau. Saya pun juga terkesima dengan beliau. Tapi sayang, itu dulu. Andaia beliau hidup di zaman ku yang sekarang ini. Rasanya akan saya buntuti terus beliau kemanapun perginya. Apa yang terkenal dari beliau? Idelismenya? Penggerak demostran tahun 66? Tulisan-tulisannya yang menggelitik? Tak cukup itu tapi juga semua cerita hidupnya yang menarik untuk disungguhkan sebagai sarapan pagi seorang mahasiswa.
Saya jatuh cinta pada Beliau, sayangnya beliau telah tiada lama sebelum saya dilahirkan. Bagaimana bisa saya bisa jatuh cinta dengan orang yang telah lama meninggal dnuia sebelum ada anda lahir didunia ini? Ini uniknya beliau, dapat menumbuhkan cinta kepada para cucu-cucunya meskipun ia telah mati. Sungguh bagaimana Tuhan menciptakan manusia seperti beliau. Tunggu dulu, saya tak sefanatik itu, saya tau batasan-batasannya. Ini hanya sekedar perasaan kagum dan rindu akan sosok seperti beliau. Dan kali ini saya menemukan sesorang yang sepertinya sangat terinspirasi dari beliau, Soe Hoek Gie.
Tak mungkin saya menyebutkan namanya disini. Jujur saya tertarik dengan dia. Semenjak melihat bagaimana rasa tak sabarnya ia berceloteh dengan para petinggi negara di awal kehidupan barunya. Jelas tergambarkan. Sial!! Apa-apaan ini.
Setelah hibernasinya, kali ini ia sepertinya mulai bangun. Ia tunjukkan dirinya yang sebenarnya, tapi sayang ia tak seberani yang saya pikirkan. Saya tau di terisnpirasi dari sosok anda, Gie.  Betapa saya senang anda seseorang yang begitu kagum dengan anda. Dari buku yang saya baca tentang anda, Gie. Anak ini bahkan hampir semuanya mirip dengan anda. Bagaimana saya bisa berkata-kata dengan jelas mendiskripsikannya. Sulit. Jika saya hidup dimasa anda berjuang Gie. Saya pastikan saya yang akan terus membuntuti anda kemanapun anda pergi.
Bedanya kalian berdua hanya berbeda zaman dan berbeda cara menyampaikan keluh kesah kalian.
-Saya merasa kecil ketika saya berada di depan kaca yang besar-

Kamis, 29 Mei 2014

Perjuanganku untuk Anak Cucuku Nanti :)



Tak ada yang tau seberapa jahatnya dunia yang mereka anggap surga ini.
Saya sekarang berpijak di suatu negara yang konon katanya di takuti oleh  negara adikuasa. Mereka bilang tanah air saya ini ‘Raksasa yang sedang Tidur’. Jujur merinding saya mendengarnya. Lalu kapan raksasa ini akan bangun? Tidak seorangpun tau akan takdir masa depan nanti. Yang saya khawatirkan bagaimana jika generasi saya diberi tugas untuk membangunkan raksasa ini. Iya kita, para generasi yang lahir di tahun 90-an. Apakah kalian siap? Secara tidak langsung semua permasalahan yang ada sekarang ini menjurus pada kewajiban kita sebagai menganggu tidurnya sang Raksasa besar ini. Kemudian raksasa ini akan menyentil negara adikuasa dengan mudahnya, lalu 1 bulatan bumi ini akan menjadi milik sang raksasa tidur. Imajinasi saya tak sampai, membayangkan bagaimana nantinya kekhawatiran saya itu benar-benar terjadi. Seharusnya tak perlu khawatir, tapi saya merasa kecil untuk dapat melakukannya.
Generasi 90-an, generasi yang buta akan kemerdekaan yang sesungguhnya, generasi yang belum cukup umur untuk mengerti apa yang membuat negara ini tidur. Kemudian diamanahi untuk membangunkan tidurnya sang Raksasa ini. Apa yang dapat kita berbuat? Kalau memang benar ramalan-ramalan orang-orang kuno dulu terjadi, maka sekarang adalah zaman yang benar-benar membutuhkan satriya yang dapat mengubah nasibnya sang Raksasa ini.
Saya generasi 90-an, 97 lebih tepatnya, saya merasa masih belia untuk dapat menggenggam senapa, melempar bom, mengatur siasat, dan menyetir  mobil baja untuk menghadapi musuh negaraku ini. Saya tak tau apa salah saya sehingga saya di beri tugas untuk membangunkan sang Raksasa ini. Yang dapat saya  katakan sekarang adalah, mungkin ini tugas yang diberikan oleh para mbah buyutku yang dulu mati-matian berjuang merebut kemerdekaan.  Mungkin ini kiranya warisan yang diberikan kepada saya. Tapi rasanya tak adil? Iyakan?
Selanjutnya saya mulai berpikir kembali, kurang adil apanya duniamu ini mut, apakah kamu nantinya tega jika ketika kamu telah tua nanti, tak ada yang mengurusmu. Karena anak cucumu sedang berperang melawan penjajah yang kesekian kalinya.  Tak kan ada yang menemani tidur malammu karena anak cucumu bersiaga didepan pintu agar tak ada yang berani menyentuh kulit keriputmu. Perjuanganmu harus kamu lakukan dari sekarang, sebelum tak ada lagi yang menjagamu di hari tuamu nanti. Jika Tuhan berkehendak, lebih baik berjuang sekarang dan mati sekarang dari pada tak mau berjuang sekarang dan tak ada yang menunggu pemakamanmu ketika kamu mati nanti karena anak cucumu sedang bergerilya melawan musuh negaramu yang harusnya kamu tumpaskan ketika kamu masih muda.
Demi apapun itu, apa yang aku tulis sekarang, apa yang aku pikirkan sekarang, dan apa yang aku lakukan sekarang semata-semata hanya untuk menjaga masa depan anak cucuku di masa depan. Walaupun mereka belum ada sekarang  ini, tapi aku merasa yakin, aku akan mendapatkan mereka maka dari sekarang akan ku perjuangkan masa depan mereka. Kali ini aku memilih persimpangan jalan kiri dalam konteks negara. Karena dalam konteks inilah adalah tempat yang strategis untuk menjamin masa depan anak cucuku.
Dari Ibu atau Nenekmu
Muji Lestari
Jumat, 30 Mei 2014

Rabu, 14 Mei 2014

UN 2014 SUSAH YA? ini menurut saya



Selamat pagi dunia, 15 Mei 2014
Dari tulisan ini saya ingin menanggapi apa yang dikeluhkan oleh ssiswa SMP dan SMA kemarin setelah UN. Sebagian besar, mayoritas siswa SMP dan SMA mengeluh, betapa sulitnya soal UN yang menentukan nasib kelulusan mereka dari sekolahnya kemudian melanjutkan kejenjang yang berikutnya. Tahun 2014 ini “katanya” menggunakan soal standar internasional. Terdapat 20 paket soal yang berbeda-beda dengan tingkat kesulitan yang sama. Setelah UN selesai semua siswa pada berkoar-koar di media sosial, mengeluh kepada guru, dan memaki seorang menteri? Mengkhawatirkan apa gunanya sekolah selama 3 tahun yang telah ia tempuh. Menurut saya benyak yang tidak sesuai dengan jalan pikiran saya terhadap apa yng mereka keluhkan. Dulu saya sudah sempat bilang bahwa untuk apa kalian susah-susah sekolah, membayar mahal, menghabisskan waktu, dan segala sesuatu yang merepotkan ketika kalian memutuskan untuk sekolah. Sekolah bukanlah suatu budaya trend dimasyarakat, sekolah bukan kewajiban yang mutlak untuk kalian memperoleh masa depan yang cerah. Banyak orang yang tidak sekolah tetapi mereka juga sukses. Llau apa alsan kalian melakukan aktivitas ‘kependidikan itu’?? diakhir jalan ketika kalian ngin mengaakhiri masa kalian sebagai ssiswa pun sangat berliku-liku.
Apa pantas kalian selalu berkoar-koar di segala dunia, mengeluhkan betapa kasihannya hidup kalian? Apakah kalian tidak berpikir dulu untuk apa kalian berkata panjang lebar dengan harapan akan ada jalan yang lebih mudah? Apalagi saya lebih ironis ketika saya membaca tulisan “apa gunanya sekolah 3 tahun jika soal UN-nya seakan tidak ada yang diajarkan selama 3 tahun itu? “ dari kalimat itu saya menyimpulkan bahwa orientasi kalian untuk sekolah hanyalah untuk mencari ilmu yang dikarang oleh manusia, mengotak-atik rumus fisika, matematika, mengahfalkan nama latin tanaman dan tumbuhan, belajar berbicara bahasa Indonesia yang soapn dan baik, mereaksikan senyawa-senyawa kimia yng entah akan menjadi apa, belajar sosial masyarakat yang ada di sekitar kalian, belajar batuan bumi, mengitung ketinggian gunung, dan lain sebagaiannya, itu namanya ilmumenurut kalian??? Belajar selama 3 tahun yang kalian dapatkan hanya itu? Menurut saya, tidak ada masalah kita belajar 3 tahun meskipun tidak ada 1 materipun yang diajarkan untuk menetukan kelulusan kalian. Yang terpenting adalah APAKAH PESAN MORAL SETELAH KALIAN MELEWATI 3 TAHUN YANG MELELAHKAN ITU. Apa kalian tidak memikirkan apa yang membuat kalian berani memaki sesorang atas carut marutan UN ini? Ya, kedewasaan kalian yang telah terbentuk salam kalian sekolah 3 tahun yang lalu. Itu yang terpenting bukan semata-mata hanya teori yang gak jelas itu? Jujur saya khawatir jika seluruh siswa seperti kalian ini berpikiran yang sama  bahwa sekolah selama 3 tahun itu sia-sia. Miris.  Dunia tidak sesempit yang kalian pikirkan, UJIAN DUNIA LEBIH KERAS DENGAN UN YANG KALIAN KERJAKAN.  
Sekarang saya ingin menanggapi mengenai keluhan kalian yang kalian tujukan kepada 1 ORANG MENTERI PENDIDIKAN. Kalian tau dia juga manusia biasa seperti kalian yang kesulitan menjawab UN. Semetara yang membuat kebijakan UN tersebut buka hanya di a seorang. Apakah kalian pernah tentang bagaimana sistempelaksanaan UN ini di kemeterian. Saya kasihan dengan pak menteri begitu banyak anak muda yang lebih muda darinya berani mencaci maki orang yang lebih tua. Jangan salah kan pemimpinnya, salahkan pada sistemnya. Sistem yang membuat sekan-akan semua menjadi rumit. Walaupun yang membuat sistem itu manusia termasuk pak menteri juga tetapi menurut saya tidak sepantasnya kalian hanya menyalahkan pak menteri. Saya pernah menjadi kelas 3 SMA , sekitar 1 tahun yang lalu, dan bagaimana mengahadapi soal UN yang tidak ssesulit tahun ini. Lalu apa yang kalian tanaykan? Apa yang kalian harapkan jika keluhan kalian itu benar-benar di dengar oleh pak menteri.
Soal UN yang berstandar internasional itu menurut saya memang sangat menyulitkan siswaa, tapi jika kalian sesorang yang bijak, mengahargai masa depan dan moral, pastinya kalian akan menemukan pesan moral didalamnya.
Bahwa “UJIAN YANG DIBUAT TUHAN AKAN JAUH LEBIH SULIT DARI UJIAN YANG DIBUAT OLEH SEORANG MANUSIA, MESKIPUN MANUSIA ITU MEMILIKI IQ 1000”

Jumat, 25 April 2014

Mengapa Saya Begini?




Jum’at, 25 April 2014, seusai menyaksikan Mata Najwa on Stage di Kampus UGM, yang ingin menulis ini.

Saya sadar sebenarnya sudah sejak dulu saya memiliki jiwa yang seperti ini, rasa nasionalisme saya yang cukup tinggi. Mulai dari kebiasaan saya di SD menjadi petugas pengibar bendera, pembaca UU Dasar 1945 ketika upacara bendera. Mungkin dari kebiasaan itulah saya mempunyai rasa peduli saya terhadap Republik ini. Baru kemudian saya menuju kejenjang pedidikan yang lebih tinggi. Saya memilih jalan yang mengharuskan saya untuk fokus terhadap apa yang saya pelajari selama di kelas dan teori yang disampaikan oleh Guru. Sampai pada akhirnya rasa peduli terhadap bangsa ini aga sedikit tertutupi. Beberapa waktu saya terlalu sibuk dengan urusan saya sendiri.
Saya sekarang telah menjadi Mahasiswa, dimana kata banyak orang menjadi mahasiswa itu ‘Santai’, semenjak saya mengawali hari-hari saya menjadi mahasiswa saya masih berpikir bahwa menjadi mahasiswa itu mudah, gampang dijalani. Samai saya bertemu dengan hal-hal baru yang saya memberanikan diri untuk melakukannya. Dari titik sinilah mulai terlihat sebenarnya siapa saya. Ternyata sampai sekarang saya masih peduli dengna bangsa ini. Banyak yang bilang bahwa saya terlalu muda, terlalu kecil untuk mengerti bangsa ini, tapi saya tidak merasa. Apakah ada batasan jika seseorang ingin peduli dengan bangsanya? Mulai dari hal kecil saya mencoba untuk mencoba membuka jiwa saya kalau saya peduli dengan semua ini. Awalnya saya bingung harus menjadi mahasiswa yang seperti apakah saya? Diawal saya berniat untuk mencobanya semua, tetapi lama kelamaan saya tau kapasitas saya seberapa, saya bukanlah dewa yang dapat mencicipi semua yang saya inginkan, terlalu banyak kelemahan saya yang menyebabkan saya akan kewalahan jika saya mengikuti kemauan saya.
Sebagai mahasiswa yang baru saya selesai mengijak semester awal, saya telah banyak disuguhkan oleh berbagai permasalahan yang ada di dunia ini, khususnya temoat tinggal saya. Dari sinilah aya mulai berpikir saya harus peduli lagi, entah itu hanya sekedar tau, tapi lebih baik saya bisa langsung turun tangan. Jika ditanya kenapa saya memiliki kepedulian yang  lebih terhadap Republik ini mungkin jawaban saya bisa saya sampaikan adalah, demi anak cucu saya nanti. Itu yang menjadi pedoman dan landasan saya untuk tetap perjuang dan peduli dengan keadaan ini.
Kemudia saya baru saja mendapat inspirasi tambahan dari para penebar inspirasi untuk bangsa ini, mereka yang dianggap orang-orang yang baik dan berpengaruh dalam Republik ini. Jujur saya terheran dengan antusias para mahasiswa dengan acara ini, mengapa sebegitu meledaknya kepeulian mereka untuk mencari tau inspirasi dari para penebar inspirasi itu. Sampai saat ini saya masih berpikir, apa alasan mereka untuk kemudia mau mengantri berjam-jam untuk menyaksikan dan mendengarkan kalimat-kaliamat yang itu entah mengarahnya kemana? Saya mungkin salah satu dari mereka, mau-maunya mengantri berjam-jam dalam padatan masyarakat untuk berebut masuk dlam gedung ayng berkapasitaskan hampir 6 ribu orang. Namun alasan saya menurut saya cukup jelas, saya ingin mendengar apa yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh pemerintahaan ketika mereka berhadapan langsung dengan mahasiswa yang mana mereka ini sangat kritis dalam mengkritik pemerintah? Dan saya telah menyaksikan itu, Luar Biasa saya merasakannya.
Saya memang bukan siapa-siapa sekarang ini, saya hanyalah seorang mahasiswa yang terlalu percaya diri akan kapasitas berpikirnya untuk menjadi seorang mahasiwa yang ‘Alangkah lebih baiknya’ mampu berpikir kritis. Apa yang dapat saya lakukan di waktu saya sekarnag ini? Rasa ego saya seakan mulai menluntur ketika saya harus berpikir dewasa untuk menghadapi dunia yang lebih tua dari yang saya bayangkan. Saya ingin menjadi orang yang berguna entah itu untuk siapa saya. Saya rasa pikiran saya terlalu liar, sehingga saya selalu berimajinasi saya menjadi seseorang yang super, yang baik disegala aspek, yang sempurna entah itu dalam hal apapun.
Lalu bagaimana dengan diri saya sendiri? Kemudian saya berpikir, betapa hebatnya saya ketika nanti anak cucu saya mengetahui apa yang dilakukan oleh nenek moyangnya . betapa hebatnya saya ketika saya dapat melakukan walaupun hal kecil untuk kehidupan generaasi yang selanjutnya. Saya lebih suka sejarah yang menginspirasi daripada masa sekarang yang entah sejarahnya dari mana.
Teruntuk anak cucuku nanti, apa yang harus saya berbuat untuk kehidupanmu kelak? Hanya apa yang lihat dan yang dapat saya lakukan saat ini untuk 1 jam keindahan dunia yang dapat kamu rasakan.