Tak
ada yang tau seberapa jahatnya dunia yang mereka anggap surga ini.
Saya
sekarang berpijak di suatu negara yang konon katanya di takuti oleh negara adikuasa. Mereka bilang tanah air saya
ini ‘Raksasa yang sedang Tidur’. Jujur merinding saya mendengarnya. Lalu kapan
raksasa ini akan bangun? Tidak seorangpun tau akan takdir masa depan nanti. Yang
saya khawatirkan bagaimana jika generasi saya diberi tugas untuk membangunkan
raksasa ini. Iya kita, para generasi yang lahir di tahun 90-an. Apakah kalian
siap? Secara tidak langsung semua permasalahan yang ada sekarang ini menjurus
pada kewajiban kita sebagai menganggu tidurnya sang Raksasa besar ini. Kemudian
raksasa ini akan menyentil negara adikuasa dengan mudahnya, lalu 1 bulatan bumi
ini akan menjadi milik sang raksasa tidur. Imajinasi saya tak sampai,
membayangkan bagaimana nantinya kekhawatiran saya itu benar-benar terjadi. Seharusnya
tak perlu khawatir, tapi saya merasa kecil untuk dapat melakukannya.
Generasi
90-an, generasi yang buta akan kemerdekaan yang sesungguhnya, generasi yang
belum cukup umur untuk mengerti apa yang membuat negara ini tidur. Kemudian diamanahi
untuk membangunkan tidurnya sang Raksasa ini. Apa yang dapat kita berbuat? Kalau
memang benar ramalan-ramalan orang-orang kuno dulu terjadi, maka sekarang
adalah zaman yang benar-benar membutuhkan satriya yang dapat mengubah nasibnya
sang Raksasa ini.
Saya
generasi 90-an, 97 lebih tepatnya, saya merasa masih belia untuk dapat
menggenggam senapa, melempar bom, mengatur siasat, dan menyetir mobil baja untuk menghadapi musuh negaraku
ini. Saya tak tau apa salah saya sehingga saya di beri tugas untuk membangunkan
sang Raksasa ini. Yang dapat saya
katakan sekarang adalah, mungkin ini tugas yang diberikan oleh para mbah
buyutku yang dulu mati-matian berjuang merebut kemerdekaan. Mungkin ini kiranya warisan yang diberikan
kepada saya. Tapi rasanya tak adil? Iyakan?
Selanjutnya
saya mulai berpikir kembali, kurang adil apanya duniamu ini mut, apakah kamu
nantinya tega jika ketika kamu telah tua nanti, tak ada yang mengurusmu. Karena
anak cucumu sedang berperang melawan penjajah yang kesekian kalinya. Tak kan ada yang menemani tidur malammu
karena anak cucumu bersiaga didepan pintu agar tak ada yang berani menyentuh
kulit keriputmu. Perjuanganmu harus kamu lakukan dari sekarang, sebelum tak ada
lagi yang menjagamu di hari tuamu nanti. Jika Tuhan berkehendak, lebih baik
berjuang sekarang dan mati sekarang dari pada tak mau berjuang sekarang dan tak
ada yang menunggu pemakamanmu ketika kamu mati nanti karena anak cucumu sedang
bergerilya melawan musuh negaramu yang harusnya kamu tumpaskan ketika kamu
masih muda.
Demi
apapun itu, apa yang aku tulis sekarang, apa yang aku pikirkan sekarang, dan
apa yang aku lakukan sekarang semata-semata hanya untuk menjaga masa depan anak
cucuku di masa depan. Walaupun mereka belum ada sekarang ini, tapi aku merasa yakin, aku akan
mendapatkan mereka maka dari sekarang akan ku perjuangkan masa depan mereka. Kali
ini aku memilih persimpangan jalan kiri dalam konteks negara. Karena dalam
konteks inilah adalah tempat yang strategis untuk menjamin masa depan anak
cucuku.
Dari
Ibu atau Nenekmu
Muji
Lestari
Jumat,
30 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar