Mungkin begini mengapa semua orang tua bersyukur menjadi
tua. Meskipun sebelumnya mereka selalu takut untuk menghadapi tua. Nyatanya
mereka tak punya alasan yang kuat untuk tidak mengakuinya.
Semua rasa akhir-akhir ini mengubah sebagian nyali untuk
hidup di keadaan liar ini. sebagian besar telah terasa remuk tetapi bagian yang
lebih besar lagi ada rasa bahagia. Merasa menang dengan diri sendiri.
Awalnya tidak terasa bahwa telah melangkah sejauh ini. dunia
nampaknya terlalu cepat untuk selalu terus diikuti. Semua orang menyalahkannya
akan perubahan-peruhana yang tidak mereka siapkan. Manusia lampau tidak bisa
menerima bagaimana dunia ini terus maju tanpa melihat kanan-kirinya, tapi
mungkin manusia yang akhir-akhir akan lebih menyukai percepatan ini dan akan
semakin menambah kecepatan perubahan dunia.
Aku yang mana? Ya, aku manusia lampau. Sulit bagiku selalu
membuntutin kerasnya zaman yang malah semakin membuatku takut. Aku manusia
lampau yang entah harus bagaimana bicara dengan anak searang. Semua terasa aneh
untuk mengucapkan bahasa yang sama dengan pengerttian yang berbeda. kalau
memang tidak ada New York hari ini mengapa semua orang terus mempertanyakan
kedatangannya?
Kali ini aku merasakan kemenangan. merasa menjadi 2 orang
dalam satu badan, merasa ada 2 sifat yang berkumpul di 1 badan dan akhir-akhir
mereka sering meronta. Tapi aku yang menulis ini merasa menang dengan
bertempuran itu. imbasnya sekarang adalahnya 1 orang dalam badanku merasa
sungguh ingin lari dari badan ini, dia sering membuatku merasa tidak kuat untuk
melakukan kemauanku. Apakah dia iri karena selama ini aku hanya bekerja sendiri
tanpa menghiraukan keinginan dia yang sebenarnya. Apakah aku sekejam itu?
sedetik 2 detik hujan turun lalu berhenti, angin tiba-tiba menyayat, awan
meradang, semua mulai protes. Aku yang satu ini terlalu jahat untuk diriku yang
lain.
Mengapa semua selalu ingin berlari
Ujung daun yang selalu ingin menggugurkan diri
Bagaimana dunia menjadi ingin bicara
Tak ada yang mendengarpun ia murka
Aku jauh, menutup muka untuk terus hidup
Baru kali ini sapaannya terlalu dingin
Bagaimana aku menjadi orang yang ingin kamu terima
Sementara kau sendiri tidak bisa menyadarinya
Mungkin lelah, yaa kata itu menyedihkan
Begini rasanya menjadi tidak indah lagi
Mudah memaki mudah resah
Dan senja datang, meski mentari baru saja terbit
Begitu sulitnya menjadi tidak muda lagi
Mengakui dan melakukan hal diluar logis
Sangat rumit untuk ditterjemahkan
Bagaimana menttari pagi teerlalu jahat untuk aku sapa,
Kemarin segala asa datang. Dia bercerita, dia meresah. Tanpa
ada yang menyadari awan menjadi penghalangnya. Kadangkala dia menagis meratap,
merebah, meninggalkan kata serah. Satupun semua tak mengerti. Dirinya
sendiripun tak sempat berpikir tentang hatinya. Yaa... dia selalu menyerahkan
pada kata “serah” yang kemudian menjadi resah, dan akhirnya menjadi sesal,
mengapa tidak, dunia berkata semua baik-baik saja tanpa ada kata serah.
Otakku satu. Bagaimana semua orang ingin membedah isi
kepalaku ini. tidak. Bukan mereka tapi aku. Ya aku yang ingin membedah isi
kepalaku dan membaginya kepada satu persatu orang di dunia ini. hah. Terlalu
naif. Menjadi yang indah bukanlah 1 hal bijak. Malah jurang akan kehancuran.
Karena settap yang indah ada 100 yang merasa tidak indah lalu hancur, betapa
jahatnya merekan yang indah untuk dirinya sendiri. begitupun kau, bukankah
lebih baik merasakan hal yang kebanyakan orang lain rasakan. Diantara 1000 orang
yang tidak indah dan tidak menjadi penyebab kehancuran
Yogyakarta-Surakarta, 5 Mei 2016
Ditulis di dalam kereta ketika perjalanan pulang setelah 1
bulan tidak menjenguk kedua orang tua yang hanya tinggal berdua dirumah karena
ditinggal merangtau oleh k-3 anaknya. Dan anak yang ketiga ini selalu menangis
apabila ingat dengan kakak keduanya yang tidak pernah ia lihat wajahnya
sekalipun. Anak yang ke-3 ini selalu rindu dengan kakak yang tidak pernah ia
lihat, ia hanya menyakini kakaknya dan orang-orang yang telah di surga sanalah
yang menjaganya hingga sejauh ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar