Kita manusia, kita
makhluk biasa, kita tidak bisa tembus pandang, menembus pintu ataupun dinding,
dan kita hanya terdiri dari jutaan
bahkan milyaran sel. Manusia itu koloid begitu kata dosen kimia saya. Manusia
itu hanya turunan dari tanah yang kemudian sedikit ditambah keanugerahan yang
lebih. Jelas manusia hanya bongkahan daging, yang saling saling bekerjasama membentuk
sistem yaitu kehidupan bumi. “Human is Thinking animal” (Yahya, 2013). Manusia
sama halnya dengan tumbuhan, hewan, bakteri, virus, dan debu. Hanya saja
manusia mempunyai sel-sel otak yang berkembang dengan baik sehingga dapat
berpikir lebih baik daripada makhluk lain dibumi ini. Itu menurut manusia
dengan bahasanya sendiri. Akan tetapi apakah kalian pernah berpikir bahwa hewan
juga mempunyai keyakinan itu didalam otaknya, artinya dirinya juga merasa bahwa
dia adalh makhluk yang juga dapat berpikir seperti manusia bahkan lebih baik,
buktinya apa yang hewan bicarakan tidak banyak manusia yang tau artinya. Itu
pun menurut hewan sendiri, begitu pula makhluk lainnya.
Akan tetapi, hewan,
tumbuhan, virus, ataupun bakteri tidak mempunyai ‘sertifikat’ untuk predikat
tersebut. Manusia memilikinya, yaitu pernyataan ayat di kitab suci,
Al-Quran. Manusia sangat jauh berbeda
dengan malaikat. Manusia selalu memiliki kecenderungan untuk melakukan
kesalahan, dosa. Tapi apakah kita tau batasan dosa itu seperti apa? Batasan
yang menurut kita itu hal yang remeh, hal yang kecil yang sering kita abaikan.
Selain manusia yang memiliki otak atau akal pikiran manusia juga mempunyai
perasaan, entah itu sebenanya terletak di otak, dihati, atau dimana. Kalau pun
di otak mengapa rasanya sering terjadi kontradiksi antara pikiran yang ada di
otak dan perasaan. Kalau pun dihati, hati mana yang sebenarnya memiliki fungsi
fisiologi untuk merasakan, bukan hati untuk mentralisisr racun? Lalu dimana letak perasaan secara konkret?
Hati? Perasaan? Otak ?
berpikir? Akal? Dan semuanya itu, apakah dalam satu kesatuan yang benar-benar
ada? Benar-benar ada?
Manusia tidak sama
dengan malaikat. Jelas. Apa yang membedakan?
Anugerah yang diberi kan? Kenapa dengan anugerah antara manusia dan
malaikat? Beda porsinya? Lalu mengapa
Maha Pencipta membedakan porsi tersebut?
Apa yang diharapkan
dari manusia yang hidup dimuka bumi ini? Untuk melakukan dosa? Atau untuk
menebar kebaikan semata? Lalu mengapa Sang Maha Pencipta menciptakan sistem
kehidupan ini? Mulai dari rahim seorang malaikat bumi, kemudian terlahir di
dunia yaitu bumi, kemudian mati dialam kubur, kemudian di dunia akhirat.
Mengapa harus berurutan seperti itu? Kenapa tidak manusia tidak sistem ini
tidak ada, manusia tidak ada sehingga tiddak ada dosa dan pahala serta neraka
dan surga pun tak ada. Mengapa tidak semua langsung berada disurga ? mengapa
harus mulai dari dunia kandungan dulu, lalu bumi,lalu dan seterusnya.. banyak
yang bilang apa yang terjadi sekat=rang merupakan dampak dari sejarah masa
lalu. Apakah semua sistem ini hanya takhayul sejak zaman purba dan kemudian
turun temurun dan mendarahdaging?
Semua misteri itu tak
dapatdijawab. Semua pertanyaan tadi sulit untuk diungkapkan secara konkret,
jelas, rasional tanpa adanya unsur imajinasi. Pertanyaan itupun bukan bermaksud
apa-apa. Saya hanya ingin mengutarakan apa yang ada dipikiran saya setelah
jenuh beajar untuk UAS ( L ). Tidak ada maksud apa-apa yang
menulis hal yang demikian. Mungkin banyak yang memiliki pertanyaan seperti saya
diatas. Dan menurut saya pertanyaan tersebut tak perlu dijawab. Karena
pertanyaan tersebut riskan akan subjektifitas, sulit dijawab secara objektif.
Dengan berbagai macam idealisme para manusia di muka bumi ini. Namun jujur,
pertanyaan itu benar-benar menjadi misteri dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar