Selasa, 25 Februari 2014

JANGAN TERLALU BANYAK MENGELUH



KETIKA ANDA MENYUARAKAN DUA HURUF ITU, MAKA BANYAK KERESAHAN YANG IKUT PENYEBAR



Mungkin ini perasaan saya saja atau pikiran jahat saya yang mulai meracuni saya ketika di masa-masa yang tegang ini. Saya manusia biasa, anda juga manusia biasa, kita sama-sama punya kapasitas masing-masing terhadap suatu masalah. Entah itu masalah apa pun. Kalau pun dengan saya menulis ini akan menimbulkan permasalahan yang lebih panjang, menurut saya gak masalah. Yang penting apa yang dalam pikiran saya terlampiaskan.

Kembali, seetiap manusia memiliki kapasitasnya masing-masing, akan menjadi kolaborasi yang bagus ketika manusia itu saling bekerja sama dengan menghargai kapasitasnya masing-masing itu. Bukankah begitu? Saya tidak bisa menopang beban anda selagi anda marah-marah pada saya, menangis jerit di depan saya, mengeluarkan kata-kata hina dimuka saya. Saya tidak akan bisa menopang beban anda, entah anda musuh saya, teman saya, sahabat saya, pacar saya, atau siapa saja. Justru, masalah yang anda hadapi itu akan semakin lebih berat lagi. Karena orang lain tau, kemudian dia hanya bisa mendengarkan keluhanmu itu, lalu apa lagi yang bisa ia lakukan? Menggantikan posisinya dengan posisi anda? Apakah bisa?

Walaupun Cuma sebatas kata “Ah”. Itu pun keluhan, yang sama artinya dengan anda menulis keluhan anda lebih dari tulisan ini. Esesinyapun sama sebenarnya. Meskipun anda mengatakan itu secara tidak sengaja, keceplosan. Tetap saja itu keluhan. Lalu bagaimana Tuhan akan menilai kata “Ah” itu di buku catatan amal hidup anda? Banyakkan saja, andaikan kata itu benar-benar diangga sebagai keluhan. Dan secara tidak sengaja kita mengatakan hal yang serupa berulang-ulang. Seberapa tinggi tumpukan keluhan anda dalam hidup anda yang singkat itu. Oke, manusia boleh saja mengeluh, boleh saja merasa tidak nyaman kemudian ingin mengutarakan ketidaknyamannya. Tapi pikirkan intensitasnya. Pikirkan bahwa mengeluh itu setan kecil yang sering membisiki kita.

saya manusia juga, manusia biasa seperti anda-anda ini. Apakah saya tidak pernah mengeluh hingga beraninya mengatakan hal yang demikian? Ya, tentu tidak sya manusia biasa, saya tentukan juga sering mengeluh, tetapi setidaknya saya masih bisa mengemas keluhan saya. Menjadi kata-kata yang panjang seperti ini. Dari titik ini, saya baru sadar bahwa apa yang saya tulis ini ada keluhan. Ya, terkadang kita sering terlambat bahwa kita telah mengeluh. Terlambat menyadarinya, lalu menyesal, kemudian mengeluh lagi, terlambat menyadarinya lagi, kemudian menyesal, lalu melakukanya lagi hingga begitu seterusnya.

Pikirkan baik-baik, perlakukan mulutmu itu seolah-olah seluruh hartamu yang kau punya. Jaga dia baik-baik, jangan sampai dia disalah gunakan. Walaupun Cuma kata “Ah” saja, itu mencerminkan diri kamu sedalam-dalamnya jati diri kamu. Sembunyaikan kata itu baik-baik, jangan kamu membuat sekelilingmu merasakan ketidaknyamanan yang kamu rasakan. Jaga kata itu baik-baik, dengan menutupinya dengan kata-kata yang lebih ceria meskipun menyakitkan. Dunia ini dia berporos di diri kamu. Andaikan semua manusia menganggap dirinya adalah poros dunia ini. Berapa banyaknya poros bumi yang bulat ini. Dunia ini tidak sedangkal kata “Ah” itu.

Semua akan baik-baik saja jika kamu benar-benar menyembunyikan kata itu, meskipun sesulit apapun keadaan kamu. Kenapa? Ya, karena dunia tak sedangkal kata “Ah”!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar